Rindam Jaya Part 3 : Teamwork, Disiplin, dan Loyalitas

Back to the story of Rindam Jaya. Udah nemu keywordnya kan? Yuk, mari kita bahas.
BN dilaksanakan sebagai salah satu upaya membentuk karakter mahasiswa baru. Pelatih dan senior punya beragam cara untuk membangun karakter kami agar nantinya siap untuk mengabdi membangun negeri. Mulai dari cara yang paling seru sampai cara yang paling menantang juga ada. Aku bahas satu-satu aja disini ya..

Teamwork
Cara pelatih membangun teamwork yang baik diangkatan kami beragam banget. Yang pertama yaitu games. Kita main games mulai dari skala peleton sampai skala angkatan. Permainan bakal terus berjalan selama kita bisa kerjasama dalam satu tim. Bermain di skala peleton dulu, yang kalah bakal ‘mati’ dan nggak ikut main. Kalau ada salah satu dari anggota peleton yang gagal fokus, ‘mati’ udah, tiarap di lapangan sampai gamesnya kelar. Pelatihnya bisa aja bikin gamesnya makin seru, jadi kita nggak ngrasa capek meskipun di lapangan panasnya minta ampun. Selanjutnya, bermain di skala angkatan bikin kita makin menyadari betapa pentingnya membangun kekompakan dalam satu angkatan. Kalau pergerakannya nggak seimbang akan merugikan temen sebelah kita. Kita diharuskan berdiri, duduk, dan jongkok serta membentuk ikon-ikon tertentu sesuai petunjuk pelatih. Yang gagal menemukan pasangan atau gandengannya lepas, siap-siap ‘mandi’ di empang ya. Lumayan buat mandi siang-siang. Peace, just kidding ma bro! Teamwork building yang terakhir ini yang paling seru dan paling menantang, yaitu jurit malam atau dalam kegiatan ini disebut sebagai caraka malam. Bermain di skala peleton, kami diwajibkan menyusuri hutan melalui track tertentu dengan membawa berita rahasia. Kalau berita sampai bocor di tengah jalan, ‘mati’ udah. Diem di hutan sampai caraka malam selesai. Jalanan hutan yang nggak rata, batuan dimana-mana, licin siap menggelincirkan siapa saja yang nggak fokus dalam melangkah. Kalau teamworknya disini nggak bagus bakalan susah buat mencapai finish. Karena selain dari diri kita masing-masing butuh fokus dalam berjalan, juga butuh kekompakan membawa seluruh kelompok mencapai garis finish bersama-sama. Sekali lagi, nggak boleh apatis, nggak boleh egois. Sepanjang track sebenernya ada yang jaga dari tim pelatih maupun senior, ada juga yang tugasnya bikin ‘kejutan’ buat tim yang lewat. Takut nggak takut harus tetep jalan maju. Teriak ya teriak aja. No senter bro, gelap, sunyi, sepi, gulita. Tapi, kelelahan BN selama 6 hari, buat aku, kehapus total selama perjalanan caraka malam. Caraka malam itu capek, jalan kaki di tengah hutan nanjak naik turun diferensial integral dan semacamnya, tapi nggak bakal berasa sama sekali. Kenapa? Karena disitu kita bisa benar-benar merasakan yang namanya kerja bersama. Masuk hutan bareng, keluar hutan juga harus bareng.

Disiplin
Disiplin sangat ditekankan disini baik dari pelatih maupun dari senior. Mobilisasi harus rapi, kegiatan harus on time, lakukan segala sesuatu sesuai instruksi, kerjakan segala sesuatu sesuai perintah. Kalau melanggar, siap-siap memilih lah ya, mau jalan jongkok, push-up, merayap dan sebagainya senior siap mengawasi kita buat ambil jatah hukuman. Kalau seangkatan yang melanggar, ya seangkatan yang ambil jatah. Semangat jiwa korsa namanya. Dari sini kita tahu bahwa disiplin itu penting, bukan sekedar di BN doang, tapi juga diterapkan di lingkungan kampus dan lingkungan luar kampus. Disiplin itu baik. Jangan dilihat kalau salah dihukum, apa-apa harus sesuai aturan. Kalau dilihat dari segi hukuman dan dongkol di dalam hati pasti bakal berat ngejalaninnya. Coba dilihat dari sisi positif disiplin yang membuat kita teratur berkegiatan, pasti bakal bermanfaat banget buat kita apalagi ketika sudah memasuki masa-masa kuliah yang konon katanya tugas-tugasnya bakalan datang silih berganti. Pembiasaan disiplin saat BN harus dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan ketika melanggar baru pembelaan pakai jiwa korsa, dihukum satu dihukum semua. Jiwa korsa harus seimbang, susah senang harus bersama. Senior beberapa kali mengevaluasi mengenai kedisiplinan kami. Pernah nggak sih, dengar orang marah-marah yang enak didengar? Senior yang mengevaluasi kita kali ini marah-marah karena disiplin kita masih kurang, belum terlalu banyak perubahan. Entahlah orangnya lagi emosi atau enggak, tapi caranya marah-marah ke kita tegas sekaligus kalem dan enak didengar. Bukan tipe yang teriak-teriak nyolot dan penuh emosi gitu. Marah-marahnya jelas, konteks pelanggarannya jelas, dan satu lagi, caranya marah-marah mengevaluasi tuh on point banget. Berasa ngena banget di hati kalau ‘ini lho, dek, kalian melanggar, kalian belum disiplin’. Nggak mungkin kan kita mau dimarah-marahin terus tiap hari. Kasihan juga senior tiap hari harus marah-marah dengan pelanggaran dan kesalahan yang sama yang dilakukan berulang-ulang. Namanya sudah berubah menjadi mahasiswa, sikapnya juga harus berubah menjadi lebih dewasa. Kedisiplinan harus berlanjut, baik disiplin sikap maupun disiplin waktu. Nggak bakal ada ruginya kok.

Loyalitas
Loyalitas atau bahasa awamnya kesetiaan. Pelatih membangun karakter loyalitas di dalam diri kami dengan cara yang unik. Salah satu dari kami ditutup matanya dan diikat tangannya lalu diminta memanggil 2 orang yang dipercaya untuk berdiri di belakangnya. Setelah itu, teman kami tadi diminta untuk menjatuhkan diri bak pohon yang tumbang. Disinilah loyalitas dan kepercayaan kami terhadap satu sama lain diuji. Tentunya pelatih telah menyiapkan orang-orang yang siap siaga menimpa jatuhnya dia tanpa diketahui. Permainan ini beresiko. Kalau kita tidak percaya sepenuhnya kepada teman kita, nggak mungkin kita berani menjatuhkan diri. Dari sinilah kita harus menyadari bahwa dalam satu angkatan perlu memiliki loyalitas yang kuat satu sama lain. Loyalitas, kepedulian dan kepercayaan modal utama untuk membangun angkatan yang solid. Apalagi sebagai calon aparatur sipil negara, kita dituntut untuk setia mengabdi kepada bangsa Indonesia dengan sepenuh hati. Kalau sama angkatan sendiri aja nggak loyal, gimana mau loyal sama negara? Loyalitas adalah sikap yang wajib dimiliki. Loyalitas kepada teman, kepada angkatan, kepada almamater, kepada negara tercinta. Bukan hanya sebagai calon ASN, tetapi juga sebagai rakyat Indonesia, generasi muda penerus bangsa.

Udah ngetik apa aja tadi di atas, bisa sebanyak itu ya? Nggak papa lah ya, intinya aku mau cerita aja. Ketiga nilai tadi kita dapatkan semua di BN, dan buat aku pribadi membawa dampak perubahan yang cukup berasa bahwa selama ini aku belum menerapkan ketiganya dengan baik sehingga mulai detik ini harus terus memperbaiki sikap dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Namanya udah ganti jadi mahasiswa. Udah berkali-kali juga hal itu disebutkan di Graha Rimba. BN telah memberikan banyak nilai untuk kita, tergantung bagaimana kita mengambil nilai dan hikmah dari itu semua. Kalau dongkol menjalaninya, ketika pulang badan rasanya bakal remuk semua. Tapi kalau kita ikhlas dan semangat menjalaninya, kita akan pulang dengan energi dan semangat yang baru. Pendidikan BN ini belum ada apa-apanya dibandingkan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Negara telah memberikan segala miliknya kepada kita, sudah jadi tugas wajib kita untuk menegakkan langkah membela negara. Dengan menjadi mahasiswa yang serius menjalani perkuliahan sudah menjadi satu langkah penting membantu membangun bangsa. Nggak mungkin kan mau BN terus-terusan? Karena BN adalah untuk dikenang, bukan untuk diulang. See you on next post!

PS : Ada keyword di paragraf terakhir, yang tau boleh tulis di kolom komentar.

Komentar

  1. Knapa ka dgn caraka malam nya? Yg bimbing nya perhatian ya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Caraka malam seru kok, semuanya saling memperhatikan satu sama lain :))

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer